Selasa, 23 Februari 2016

Unggulkan Warna, Perajin Batik di Tasik tak Khawatir MEA

JURAGAN LONDRY – Para perajin batik di Kota Tasikmalaya mengaku tidak khawatir dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asena (MEA) yang memberi peluang bebasnya barang masuk ke Indonesia dengan deras. Mereka yakin dengan kreatifitas dan keunikan, Batik Tasik akan tetap diminati konsumen khususnya di tingkat lokal dan regional.

Pengusaha batik Tasik Coroyom, Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya, Hj. Enok menyebutkan, salah satu kelebihan batik lokal khsususnya Batik Tasikmalaya, dibuat dengan seni tradisional. Hasil produksi batik seperti itu akan sulit dituru oleh mesin modern sekalipun.

“Ketika batik itu diminati, dicintai dan dipakai, batik akan berkembang. Kalau meninggalkan diganti dengan pakaian lain ya tunggu aja, batik tradisional tidak akan bisa bersaing dengan Batik China. Masyarakt kita harus lebih mengerti mana yang disebut batik mana yang bukan,” ungkapnya belum lama ini.
Namun demikian, para perajin juga terus melakukan inovasi. Termasuk di gerai miliknya, berinovasi salah satunya dengan kombinasi warna yang up to data serta merespon setiap permintaan konsumen.
“Inovasi yang dilakukan di sini dari warna. Misalnya konsumen yang ingin pakaian untuk pesta, ingin kebaya tertentu, harus mengikuti dan menyesuaikan. Kita harus bisa berinovasi dengan warna-warna,” katanya.

Ia juga berharap, dalam produksi seragam pakaian batik dari pemerintahan, semestinya setiap rumah produksi batik tradisional kebagian secar amerata. Di samping memenuhi kebutuhan pakaian seragam, para perajin akan hidup dan terbantu dengan program pemerintah.
“Misalnya perajin ini mengerjakan untuk dinas itu, dengan motif tertentu. Kalau seragam dikerjakan satu perajin, ada yang kebagian ada yang tidak,” katanya. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar